Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
close

6 Tips dan Hukum dalam islam Mertua Ikut Campur Dalam Rumah Tangga

6 Tips dan Hukum dalam islam Mertua Ikut Campur Dalam Rumah Tangga



Salah satu permasalahan yang kerap terjadi terhadap pasangan suami istri pada kehidupan setelah menikah adalah keterlibatan mertua dalam rumah tangga mereka. (foto cover: ilustrasi, sumber:shutterstock)

Hal ini memang sulit dihindari. Sekalipun memutuskan ngontrak atau membeli rumah sendiri, tapi itu tak menjadi jaminan. Mertua tetap bisa mengawasi. Bahkan berusaha selalu terlibat dalam setiap masalah yang terjadi.

Nah, kira-kira bagaimana islam memandang hal tersebut? Sebenarnya bolehkah mertua ikut campur dalam rumah tangga ataukah tidak diperbolehkan? Berikut ulasannya.

Sebelum memutuskan boleh atau tidaknya, hendaknya kita mengkaji dulu tentang masalahnya. Mengapa mertua tersebut ikut campur? Apakah untuk kebaikan atau malah berunsur kebencian?

Terkadang keterlibatan mertua dalam rumah tangga bisa diartikan menjadi nasehat, bisapula sebagai rasa iri. Ini bergantung pada presepsi masing-masing.

Apabila mertua ikut campur dalam hal kebaikan, misalnya:

Menasehati menantunya tentang ilmu agama

Mengajari cara memasak atau mengurus anak

Menjelasakan tentang kewajiban suami terhadap istri dalam Islam tanpa menggurui

Menjelaskan peran wanita dalam Islam, fungsi ibu rumah tangga dalam Islam dan kewajiban wanita setelah menikah.

Sekedar memberikan saran atas masalah yang terjadi, tapi tidak memaksa

Serta menjadi tempat keluh kesah

Maka tindakan-tindakan tersebut diperbolehkan. Sebab pasangan yang baru menikah juga belum terlalu mengerti tentang kehidupan rumah tangga, jadi mereka butuh bimbingan untuk menghindari perceraian.

Sebaliknya, jika mertua ikut campur secara berlebihan. Misalnya saja setiap hari datang ker rumah anaknya, merasa berkuasa atas anaknya, merendahkan dan menganggap menantunya tidak becus, atau bahkan selalu terlibat dalam setiap masalah maka itu hukumnya tidak diperbolehkan.

Di dalam ajaran islam, pasangan yang telah menikah lebih dianjurkan untuk tinggal di rumah sendiri guna menghindari konflik dengan mertua. Tidak apa-apa walau hanya ngontrak rumah kecil, yang terpenting istri tidak tertekan.

Dengan ngontrak rumah maka pasangan bisa belajar hidup mandiri, berjuang dari awal secara bersama-sama dan menciptakan kehidupan yang islami. Tapi demikian anak tetap wajib berbakti pada orang tua.

Jadi walau telah menikah tidak boleh melupakan orang tua. kewajiban anak laki-laki terhadap ibunya setelah menikah dan kewajiban anak perempuan terhadap orang tua setelah menikah adalah tetap harus sering mengunjungi dan memperhatikan kedua orang tuanya ataupun mertua.

Batasan Mertua Ikut Campur Dalam Rumah Tangga

Beberapa pendapat mengatakan bahwa tidak mengapa mertua ikut campur dalam rumah tangga asalkan itu dalam hal kebaikan. Apabila mertua memang punya niat baik, pasti beliau tidak akan memihak. Entah itu anaknya atau menantu, mana yang benar pasti dibela. Mertua harus bersikap adil.

Begitupun dengan menantu, hendaknya menyayangi mertua sebagaimana kasih sayangnya terhadap orang tua. Menyenangkan hati mertua sama halnya dengan membahagiakan suami. Dan dalam islam, istri yang dapat membuat suami bahagia maka akan diberikan pahala berlipat ganda. Sebagaimana dijelaskan dalam hadist shahih:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: “Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, siapakah wanita yang paling baik? Jawab beliau, ‘Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci.” (HR. An-Nasai)

Cara Menyikapi Mertua yang Selalu Ikut Campur

Sebenanarnya perilaku mertua ikut campur dalam rumah tangga bukanlah hal baru. Ini sudah sering terjadi dan bisa dikatakan cukup wajar. Lalu bagaimana sikap kita sebagai menantu untuk menghadapinya? Berikut ini ulasannya!

1. Jangan Dibalas dengan Kejahatan

Apabila mertua melakukan hal-hal yang membuat hati kita jadi sakit, misalnya selalu mengeluh terhadap perbuatan kita, memerintahkan ini itu tiada henti, banyak menuntut dan sejenisnya. Maka jangan dibalas dengan kejahatan juga.

Islam memerintahkan agar kejahatan dibalas dengan kebaikan. Mintalah petunjuk kepada Allah ta’ala. Perbanyak berdoa dan Anda bisa mendiskusikan baik-baik dengan suami. Namun bila sudah tidak tahan, Anda boleh bercerita kepada orang tua.

2. Tinggal Terpisah

Tinggal di rumah terpisah adalah cara terbaik untuk menghindari konflik dengan mertua. Setidaknya jika Anda berumah tangga sendiri, kemungkinan mertua ikut campur lebih minim. Selain itu, Anda juga lebih bebas mengatur kehidupan Anda sendiri tanpa ada rasa sungkan.

Sekali lagi, tindakan ini bukan berarti memisahkan suami dari orang tuanya. Toh, Anda juga sudah berani meninggalkan rumah. Kalian bisa mencari kontrakan atau kos-kosan yang letaknya berdekatan dengan orang tua. Jadi bisa sering-sering berkunjung.

3. Berusaha Memahami Keinginan Mertua

Daripada terus mengeluh atas tindakan mertua, mengapa Anda tidak mencoba memahami keinginannya? Cobalah memposisikan diri Anda sebagai anaknya. Bayangkan beliau adalah orang tua Anda. Dengan begitu akan terjalin ikatan yang kuat dari hati ke hati.

Apabila beliau melakukan sedikit kesalahan, misal ucapannya menyakiti hati Anda maka maklumi saja. Cari tahu apa yang diinginkan beliau. Coba dekati secara perlahan, curi perhatiannya dan berusahalah menjadi pribadi yang ramah.

4. Berbicara Dengan Suami

Apabila Anda masih bingung apa yang diinginkan mertua atau mungkin Anda merasa tidak nyaman, maka cobalah berdiskusi dengan suami.

Ceritakan tentang apa yang terjadi, perasaan Anda, dan apa yang Anda mau. Cobalah membuat keputusan yang adil dan tidak mendzolimi salah satu pihak.

Sebagai suami, tentunya punya tanggung jawab yang besar atas kebahagiaan istri. Suami harus bisa melindungi istrinya sekaligus berbakti pada orang tua. Suami juga tidak boleh memihak. Mana yang benar itulah yang harus dibela.

5. Mengajak Mertua Sama-Sama Belajar Agama

Tak ada salahnya sesekali mengajak mertua untuk ikut kajian agama. Anda bisa berbicara dengan sopan dan santun. Bilang saja Anda ingin jalan-jalan bareng selagi ada waktu senggang.

Aktivitas ini bisa mendekatkan hubungan Anda dengan mertua. Selain itu, dengan belajar ilmu agama maka mertua juga akan lebih mengerti tentang bersikap sesuai syariat islam. InsyaAllah berkah sebab tujuan Anda juga baik.

6. Berbicara dengan Orang Tua

Apabila masalah sudah terlalu runyam, dan Anda tidak mampu menyelesaikannya sendiri. Sementara suami juga berpihak pada mertua. Maka tak ada jalan lain kecuali Anda meminta bantuan kepada orang tua.

Saat menjelaskan masalahnya kepada orang tua jangan sambil marah-marah, karena itu bisa menyulut emosi mereka. Ujung-ujungnya malah bertengkar. Jadi lebih baik ceritakan dengan baik-baik, gunakan bahasa yang sopan. Sebisa mungkin cobalah menyelesaikan masalah dengan cara yang damai.

Oiya, Anda juga perlu tahu bahwa menikah itu perjuangan dan pengorbanan. Tidak ada pernikahan yang cuma senang-senang aja. Pastilah ada masalah.

Namun bila kedua pasangan bisa tetap berkomitmen, memegang teguh agama dan bersikap saling percaya maka insyaAllah segala permasalahan bisa dilalui dengan baik.

Jangan takut menikah sebab menikah itu ibadah. Selain itu, setiap manusia memang sudah diciptakan berpasangan. Menikah bisa membuat hati lebih tenang dan menghindarkan dari perbuatan zina. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran:

“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan mengkayakan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) dan Maha Mengetahui.” (QS. an-Nuur: 32).

“Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rezeki dari yang baik …” (Qs. an-Nahl: 72).

Posting Komentar untuk "6 Tips dan Hukum dalam islam Mertua Ikut Campur Dalam Rumah Tangga"